ditulis oleh: ali khan su'ud

Kalau lebaran berbeda, masihkah kita harus puasa di saat orang lain sudah lebaran? 
 Pertanyaan ini memang patut dikemukakan terlebih beberapa tahun ini di Indonesia sering terjadi perbedaan penanggalan 1 Syawal antara pemerintah dengan beberapa ormas Islam.

Siapa orang yang tidak mendambakan kesamaan dan kekompakan dalam menjalankan ibadah shaum, khususnya dalam memulai shaum tersebut atau saat Idul Fitri tiba. Tetapi telah sama-sama kita sadari bahwa ternyata dalam penentuan awal Ramadan atau Idul Fitri sampai saat ini masih terjadi perbedaan. Semestinya, kita mafhum jika perbedaan merupakan sunnatullah.
Oleh karenanya, janganlah sampai perbedaan tersebut membawa bencana. Justru jadikan semua itu aksesori yang menghiasi kehidupan bersama dalam bingkai ukhuwah Islamiah (persaudaraan dalam Islam). Tinggal bagaimana kita mewujudkannya dalam kedewasaan berpikir dan bertindak.

Allah mengingatkan di dalam Alquran, ''Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya; sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati; semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.'' (Q.S. Al-Israa:36)
 penulis:ali khan su'ud
post by hidayattullah
Dalam menghadapi perbedaan pendapat, langkah pertama yang harus ditempuh berdasarkan ayat tersebut adalah memperkaya diri dengan pengetahuan, khususnya seputar penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal sesuai kemampuan. Setelah itu, tanamkan kedewasaan untuk menyikapi perbedaan, sejauh perbedaan itu sama-sama memiliki dasar yang kuat. Terakhir, yakinilah yang menjadi pandangan kita dan jangan ada sedikit pun keraguan atas keputusan yang telah diambil.

Kalau kita ragu apakah sudah masuk tanggal 1 Syawal (Idul Fitri) atau belum, maka sebaiknya kita membatalkan puasa karena diharamkan untuk berpuasa pada hari yang meragukan.
Ammar bin Yasir R.A. berkata, ''Siapa yang berpuasa pada hari yang meragukan, maka sungguh telah durhaka.'' (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai).

Kalau orang lain sudah berlebaran sementara kita yakin bahwa hari itu belum waktunya lebaran, kita yakin bahwa lebaran itu besok sesuai penanggalan yang kita yakini benar, maka kita harus meneruskan puasa karena kita tidak termasuk orang yang ragu.
Tetapi kalau ragu, maka sebaiknya kita membatalkan puasa seperti dijelaskan dalam hadis di atas.

Kesimpulannya, kita harus tetap berpuasa kalau kita yakin belum lebaran walaupun orang lain sudah berlebaran.
Read More …

Categories:

Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Jumat, 10 Agustus 2012 | 13:39 WIB



BANDUNG, KOMPAS.com — 10 Agustus 1995, pesawat buatan Indonesia N-250 terbang pertama kalinya. Momen tersebut kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas).

Jumat (10/8/2012) ini adalah tepat 17 momen itu berlalu. Momen ini dirayakan di Bandung dalam serangkaian acara, mulai dari RITech Expo di Sasana Budaya Ganesha, Triple Helix Conference, dan upacara di Gedung Sate hari ini.

Dalam paparannya di konferensi pers seusai upacara hari ini, insinyur dan mantan Presiden BJ Habibie mengajak Indonesia untuk merenungi apakah Indonesia kali ini merayakan kebangkitan atau keterpurukan dalam teknologi nasional.

Habibie menguraikan, 17 tahun lalu, generasi penerus bangsa tidak hanya menghadiahkan pesawat N250 kepada Indonesia. Mereka juga menghadiahkan kapal untuk 500 penumpang dan kereta api cepat.

"Hadiah HUT Kemerdekaan ke-67, apa yang dapat kita persembahkan pada Hari Kebangkitan Nasional, 17 tahun setelah prestasi membanggakan itu. Bagaimana industri strategis yang telah menghasilkan produk andalan yang membanggakan 17 tahun lalu itu?" kata Habibie.

Habibie menjelaskan, pembuatan produk-produk tersebut telah dihentikan pembinaannya. PT Dirgantara Indonesia yang dulu memiliki 16.000 karyawan, misalnya, kini hanya tinggal punya 3.000 karyawan yang akan pensiun dalam 3-4 tahun ke depan. Tak ada kaderisasi.

Badan Pengelola Industri Strategis yang memiliki turn over 10 milliar dollar AS dan 48.000 karyawan dibubarkan. Industri pesawat terbang, kereta api, mesin, elektronik, dan komunikasi tak lagi mendapat perhatian.

"Keppres No 1 Tahun 1980 tentang ketentuan penggunaan produk pesawat buatan dalam negeri dihapus dan PT DI tidak lagi didukung secara finansial maupun kebijakan industri pendukung lainnya," jelas Habibie.

Habibie menambahkan, biaya pengembangan pesawat dan SDM dihitung sebagai utang. PT DI tak lagi menitikberatkan pada rancang bangun pesawat. PT DI tak mampu melakukan regenerasi sehingga kredibilitas sebagai produsen pesawat terancam.

Pada saat yang sama, urai Habibie, Indonesia hanya menjadi konsumen teknologi. Pertumbuhan penumpang pesawat meningkat, tetapi industri pembuatan pesawat yang bisa memenuhi kebutuhan dihentikan.

Padahal, kata Habibie, dalam tiap industri strategis yang dilakukan, terkandung jam kerja yang mampu memberikan lapangan kerja, memeratakan pembangunan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan.

"Kita harus pandai memproduksi barang apa saja yang dibutuhkan di pasar nasional dan memberi insentif kepada siapa saja yang memproduksi di dalam negeri, menyediakan jam kerja, dan akhirnya lapangan kerja," tutur Habibie.

Saat ini, Indonesia lebih banyak menyediakan sumber daya alam untuk diolah negara lain. Saat akhirnya produk olahan dibeli di Indonesia lagi, sebenarnya Indonesia sedang membeli jam kerja negara lain. Dan, itu merupakan penjajahan.

Dalam kesempatan Hakteknas kali ini, Habibie punya tiga rekomendasi. "Rebut kembali jam kerja! Wujudkan kembali karya nyata yang pernah kita miliki untuk pembangunan peradaban Indonesia! Bangkitlah, sadarlah atas kemampuanmu!"

Editor :
A. Wisnubrata
Read More …

Categories:

 Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Senin, 6 Agustus 2012 | 13:30 WIB

  NASA/ JPL-CALTECH


WASHINGTON, KOMPAS.com — Wahana antariksa Mars Science Laboratory beserta robot Curiosity akhirnya berhasil mendarat di permukaan Planet Mars yang selama ini paling membuat manusia penasaran.
Informasi dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) di situs situs webnya menyatakan bahwa Curiosity mendarat di Kawah Gale, di dekat ekuator atau garis khatulistiwa Mars, sekitar pukul 15.00 waktu Mars atau 12.31 WIB.
Curiosity berhasil menjejakkan diri di permukaan Mars setelah melalui proses mendebarkan yang disebut "Teror Tujuh Menit".
Begitu memasuki atmosfer Mars, wahana yang membawanya melakukan manuver untuk memperlambat kecepatan hingga ketinggian sekitar 11 kilometer dari permukaan Mars.
Kemudian parasut supersonik dikembangkan hingga wahana turun sampai ketinggian 1,6 kilometer. Wahana tersebut kemudian melepas retrorocket yang akan memandu pendaratan robot Curiosity yang dibawanya.
Retrorocket kemudian menurunkan robot Curiosity menggunakan tali nilon dengan teknik yang disebut "derek angkasa".
Begitu Curiosity menyentuh permukaan Mars, tali nilon yang digunakan dilepas dan retrorocket terbang menjauh.
Robot beroda enam itu pun mulai bergerak di permukaan Mars.
Curiosity diharapkan bisa meneliti molekul yang mendukung kehidupan di Mars sekaligus memecahkan misteri evolusi Mars. Keberhasilan ini juga menandai keberhasilan pertama mendaratkan robot beroda enam di Mars.
Read More …

Categories:

Robot Curiosity Sukses Mendarat di Mars
Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Senin, 6 Agustus 2012 | 13:04 WIB


NASA Curiosity
WASHINGTON, KOMPAS.com — Wahana antariksa Mars Science Laboratory (MSL) beserta robot Curiosity sukses mendarat di Mars. NASA mengumumkan kesuksesan pendaratan lewat akun Twitter-nya.
"Pendaratan @MarsCuriosity dikonfirmasi," demikian diumumkan NASA, Senin (6/8/2012). Pendaratan sesuai dengan rencana, yakni Senin (5/8/2012) pukul 01.31 EDT atau Senin (6/8/2012) pukul 12.31 WIB.
Sementara itu, akun @MarsCuriosity yang juga dikelola NASA menyatakan, "Saya mendarat selamat di permukaan Mars. KAWAH GALE. AKU DI TEMPATMU!!! #MSL"
Keberhasilan pendaratan Curiosity menandai satu lagi keberhasilan misi antariksa NASA. Ini sekaligus menandai keberhasilan pertama pendaratan robot beroda enam di luar Bumi.
Curiosity mendarat setelah melalui "Teror Tujuh Menit", waktu kritis saat wahana antariksa itu memasuki atmosfer, menurun, dan mendarat di Mars.
Setelah pendaratan, Curiosity diharapkan bisa meneliti molekul yang mendukung kehidupan di Mars.

Editor :
Tri Wahono
Read More …

Categories: