Defanie Arianti - Okezone
Yan Freski & Darmadi (Foto: Intel Indonesia)
Yan Freski & Darmadi (Foto: Intel Indonesia)
JAKARTA - Dua pelajar Indonesia, Yan Freski dan Darmadi dari Yogyakarta, menerima penghargaan First Place Award dari China Association for Science and Technology (CAST) di Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) 2011 berkat penelitian mereka terhadap faktor-faktor yang menentukan aliran Sungai Opak ke Samudera Hindia.

Bukan hanya penghargaan, ISEF yang merupakan program dari Society for Science & The Public, juga memberikan hadiah senilai USD3,000 kepada Yan dan Darmadi untuk penelitian mereka.

Dua pelajar Indonesia lainnya, Andrey Halim dan Reyner Jong, menerima penghargaan Certificate of Honorable Mention dari Society of Exploration Geologists untuk penelitian mereka dalam penggunaan komposit berbasis bambu untuk bahan bangunan tahan gempa.

Society for Science & the Public sendiri merupakan organisasi nirlaba yang berdedikasi untuk keterlibatan publik dalam penelitian dan pendidikan ilmiah. Organisasi ini memiliki dan mengelola International Science and Engineering Fair sejak pertama kali dilaksanakan di tahun 1950.

Tahun ini, lebih dari 1.500 peneliti dan inovator muda terpilih untuk berpartisipasi dalam Intel International Science and Engineering Fair, lomba penelitian ilmiah SMU terbesar di dunia. Mereka dipilih dari 443 lomba penelitian ilmiah di 65 negara. Perancis, Tunisia, Uni Emirat Arab dan Macau termasuk negara yang pertama kali berpartisipasi di ISEF tahun ini.

"Kami menjalankan Intel International Science and Engineering Fair karena kami percaya matematika dan ilmu pengetahuan merupakan kunci dari inovasi," kata Shelly Esque selaku Vice President Intel Corporate Affairs Group dalam keterangan resminya, Selasa (17/5/2011).

"Ajang global ini menantang para peneliti muda untuk memecahkan berbagai masalah penting dunia lewat ilmu pengetahuan," lanjut Shelly.

Country Manager, Intel Indonesia Corporation Santosh Vishwanathan menambahkan, "Memupuk bakat lobal untuk berkiprah di tingkat global merupakan bagian dari komitmen Intel untuk mendorong pertumbuhan sebuah negara dan pengembangan minat generasi muda dalam ilmu pengetahuan yang bisa meningkatkan tingkat persaingan negara tersebut dalam pendidikan. Di Indonesia, kami melakukannya lewat kerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yang menjalankan Lomba Karya Ilmiah Remaja."

"Kami sangat bangga dengan apa yang sudah dilakukan oleh para pelajar Indonesia di Intel ISEF 2011, dengan penghargaan First Place Award dari China Association for Science and Technology dan Certificate of Honorable Mention dari Society of Exploration Geologist. Kami percaya bahwa hasil ini, dan pengalaman yang diraih oleh mereka dari ajang ini, akan menjadi bekal bagi Indonesia, untuk pengembangan ilmu pengetahuan negara ini secara umum," pungkasnya.

Selain Yan dan Darmadi serta beberapa pemenang lainnya, lebih dari 400 finalis menerima penghargaan dan hadiah untuk penemuan-penemuan mereka. Termasuk di antaranya adalah pemenang untuk "Best of Category" yang masing-masing menerima hadiah senilai US$ 5.000. Intel Foundation juga memberikan hibah senilai US$ 1.000 ke sekolah dan lomba ilmiah dari setiap pemenang.
(van)
Read More …

Categories:

Defanie Arianti - Okezone
(Ilustrasi: Google image)
(Ilustrasi: Google image)
LONDON - Sekelompok ilmuwan siap menawarkan tes darah yang memungkinkan anda memprediksi berapa lama anda akan hidup.

Tes ini menawarkan perkiraan usia seseorang dengan menghitung panjang telomere, yang merupakan bagian dari DNA, di bagian ujung kromosom, indikator paling penting dan akurat tentang percepatan penuaan manusia.

Tes darah ini bisa dilakukan siapapun yang rela mengeluarkan uang hingga USD700. Demikian dilansir Straits Times, Rabu (18/5/2011).

Namun rencana pelaksanaan tes ini langsung mencuatkan kekhawatiran tersendiri. Beberapa pihak cemas jika tes ini disalahgunakan perusahaan obat untuk menjual obat-obat anti-penuaan yang belum terbukti. Perusahaan asuransi juga bisa menyalahgunakan hasil tes ini untuk menentukan tawaran proteksi mereka kepada nasabahnya.

Meski demikian, tes ini juga bisa memberikan informasi penting terkait penyakit-penyakit yang berhubungan dengan usia lanjut. Mulai dari penyakit jantung hingga Alzheimer maupun kanker.

Menurut tim peneliti, penghitungan panjang telomere sebagai indikator harapan hidup memang sudah merupakan rahasia umum.

"Namun yang baru dari tes ini adalah keakuratannya. Kami bisa mendeteksi perbedaan sekecil apapun dari panjang telomere," ujar Maria Blasco dari Spanish National Cancer Research Center.

"Ini merupakan teknik yang sangat cepat dan mudah, di mana beragam sampel bisa dianalisa pada waktu bersamaan. Yang terpenting, kita bisa mengetahui keberadaan telomere yang berbahaya, yaitu telomere yang sangat pendek," tambahnya.

Sementara, alumni fakultas kedokteran Harvard Medical School sekaligus peraih Hadiah Nobel Carol Greider menilai, "Mengetahui usia biologis anda sangat berguna dan mungkin anda bisa mengubah kebiasaan hidup jika ternyata anda diketahui memiliki telomere pendek."
(van)
Read More …

Categories:

Susetyo Dwi Prihadi - Okezone
Hawking
Hawking
LONDON - Ilmuwan nyentrik yang terkenal dengan pernyataan pro dan kontranya, Stephen Hawking, mengatakan bahwa surga itu hanya sebuah dongeng belaka dan tidak pernah ada.

Dia menyebut pada dasarnya surga dan kehidupan setelah kematian adalah karangan bohong dari orang-orang yang sebetulnya takut mati. Karena merujuk dari ilmu pasti yang dimiliki, sebetulnya otak akan berhenti bekerja ketika sudah mati.

"Bagi saya otak itu seperti komputer yang akan berhenti ketika komponennya rusak. Tidak ada surga atau kehidupan setelah mati bagi komputer-komputer yang rusak. Itu hanya cerita bohong bagi orang yang takut kegelapan," katanya seperti dilansir Guardian, Senin (16/5/2011).

Ini semakin memperkuat teorinya bahwa, alam semesta ini dibuat tanpa campur tangan Tuhan. Karena keberadaan alam semesta sudah ada dan bisa berjalan dengan sendirinya.

Sebelumnya, dia juga sangat yakin bahwa di masa depan manusia akan dengan mudah berpergian dari masa lalu atau masa depan, karena mesin waktu akan tercipta. (tyo)
Read More …

Categories:

Defanie Arianti - Okezone
Tidur terlalu lama atau terlalu singkat bisa mengakibatkan penurunan fungsi otak
Tidur terlalu lama atau terlalu singkat bisa mengakibatkan penurunan fungsi otak
LONDON - Jangan remehkan waktu tidur di malam hari. Berdasarkan studi dari ilmuwan di University College London, kebiasaan tidur selama 7 jam bisa membantu mempertahankan ketajaman otak di masa tua.

Meski begitu, bukan berarti anda bisa tidur sepuas hati. Pasalnya, waktu tidur yang terlalu lama bisa menambah usia otak hingga tujuh tahun. Akibat yang sama juga dirasakan jika anda memiliki waktu tidur terlalu pendek.

Ketua tim peneliti Dr Jane Ferrie menjelaskan penurunan fungsi otak ini sama seperti halnya seperti bertambah tua empat hingga empat tahun.

"Lamanya waktu tidur biasanya berkurang seiring pertambahan usia, demikian juga fungsi kognitif otak. Jadi kami ingin melihat apakah terdapat hubungan antara perubahan pola tidur ini," jelas Ferrie kepada Telegraph, Senin (9/5/2011).

Pada uji coba yang dilakukan Ferrie dan timnya, ditemukan bahwa orang dewasa dengan waktu tidur kurang dari enam jam dalam kurun lima tahun mengalami penurunan skor dalam tes logika dan kosakata. Mereka juga menemukan individu yang tidur lebih dari 8 jam sehari menunjukkan sinyal penurunan fungsi kognitif.

Ferrie dan timnya menemukan bahwa wanita yang tidur tujuh jam sehari memiliki skor tertinggi pada tes kognitif, sebagaimana pria dengan waktu tidur 6 hingga 8 jam.

"Kami terkejut ketika menemukan orang-orang dengan durasi tidur lebih lama ternyata memiliki skor yang lebih rendah untuk fungsi kognitif, kecuali dalam hal ingatan," lanjutnya.

"Menurut kami, hal ini ada hubungannya dengan fragmentasi tidur. Artinya, meskipun seseorang tidur cukup lama, belum tentu tidur mereka 'berkualitas'. Kami menghitung perubahan tidur ini membuat fungsi kognitif otak berkurang, sama seperti seseorang yang bertambah tua empat hingga tujuh tahun," papar Ferrie lagi.

Peneliti menggunakan data dari survei jangka panjang terkait kesehatan publik, yang diketahui sebagai studi Whitehall II dan diisi oleh sekira 5.431 partisipan berusia 35 hingga 55 tahun. Mereka diminta untuk menyelesaikan enam tes kognitif yang mencakup uji logika, kosakata, kefasihan berbicara serta ingatan.
(van)
Read More …

Categories: